MYANMAR, LADANG GENOSIDA ETNIS ROHINGYA

Suburnya fitnah begitu kentara saat ini dimana beberapa hari terakhir (Agustus 2017) sebuah negeri yang 'katanya' dipimpin oleh pemegang Nobel Perdamaian bernama bernama Aung San Suu Kyi bagi usahanya dalam memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia, kini kita dapati bahwa Nobel yang ada tak lebih seperti pepesan kosong untuk menina bobokkan iblis perempuan yang haus akan kekuasaan juga pujian, didukung para teroris tak berambut bersama pengikutnya.

Pengungsi Rohingya (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

Entah karena liputan media arus utama yang tak berimbang dan kurang mendapat kepercayaan publik karena kredibilitasnya, atau memang karena banyak orang disibukkan dengan pekerjaan dan kegiatan hingga mati rasa.

Rohingya, tahun 2013 lalu Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memberikan label bahwa etnis merekalah yang paling teraniaya di dunia. Seakan tak berujung, kekerasan demi kekerasan hingga pembunuhan terhadap etnis Rohingya terus terjadi.

Dilangsir Kumparan, European Rohingya Council (ERC) yang berbasis di Eropa, pada Rabu (30/8), menghitung sekitar 3.000 orang Rohingya dibantai dalam tiga hari. 18 ribu lainnya melarikan diri dari Myanmar, menghindari pembantaian dan mengupayakan hidup yang lebih baik di suatu tempat yang belum tentu terpikirkan.

Atasnya sejenak bayangkan jika anda, anak, atau keluarga dirumah menjadi salah satu etnis Rohingya yang hingga saat ini masih dikejar para tentara, akan di siksa, dibunuh dengan tak kenal ampun baik mereka lelaki, perempuan, orang tua ataupun anak-anak sekalipun.

Berbekal seadanya tersebut nama beras ketan dan beberapa botol kosong untuk menampung air, mereka harus berjalan puluhan kilometer bertelanjang kaki, melewati pegunungan, susuri sungai dan ladang persawahan menggenggam secuil asa menuju keselamatan.

Dalam cemas juga was-was yang akhirnya merasakan hembusan angin surga, tatkala sampai kegerbang perbatasan menuju selamat, ijinpun tak didapat. Para penjaga dengan senjata tertenteng mengusir agar kembali ketempat dimana kini ribuan nyawa telah terbantai dan selanjutnya (mungkin) giliran anda.

Alasan Pemerintah Bangladesh, mereka tak dapat menampung lagi karena 400 ribu etnis Rohingya sejak tahun 1990-an dimana konflik bermula telah ditampung.

Pengungsi Rohingya (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

Inilah dokumenter Sang Pencipta (Alloh Subhanahu wa Ta'ala) yang nyata terjadi di Rohingya untuk menguji siapa diantara kita yang paling beriman serta taqwa.

Menjadi sebuah fitrah, jika manusia mengalami musibah atau tertimpa bencana, maka dia akan berusaha menyelamatkan diri dengan segala cara yang bisa dilakukannya. Pun demikian, ada juga yang pasrah, berputus asa dan enggan mencari jalan keluar.

ROHINGYA TERKINI

“Situasi di lapangan sangat mengerikan. Desa-desa Rohingya dibakar, ribuan orang terjebak di belantara. Mustahil mengetahui angka pastinya, tapi bisa mencapai 80.000 orang,” kata Kyaw Win, Direktur Burma Human Right Network, Selasa (29/8/2017), saat berbalas pesan dengan Kumparan.

Ia mengatakan, eskalasi ketegangan dimulai bulan Juli dan mencapai puncaknya Agustus ini ketika pembantaian dan penangkapan orang-orang Rohingya dilakukan, menyusul pembakaran desa-desa mereka.

“Hampir semua desa Rohingya dibakar. Orang-orang Rohingya menghadapi genosida. Mereka mencoba mencari pertolongan,” ujar Kyaw Win.
Ia telah tiga hari penuh menerima panggilan darurat terkait Rohingya. “Ini semua sungguh membuat depresi. Kemanusiaan hilang ditelan persoalan politik,” imbuhnya.

“Tolong jangan biarkan genosida di Kamboja terulang di Myanmar,” kata Kyaw Win, berulang kali memohon agar aktivis dan jurnalis bersedia bersuara demi nyawa warga Rohingya yang entah bisa bertahan berapa lama dalam perburuan.



Video diatas diambil tiga hari lalu, Senin (28/8/17), yang menunjukkan seorang dengan kepala terbacok dan kulit melepuh di sana-sini akibat panas jilatan api asbab terbakar. Ia baru saja melarikan diri dari rumahnya yang dibakar tentara.

SAATNYA BERTINDAK

Mencermati kondisi yang ada kini sejumlah lembaga dan negara kembali beraksi mengecam polah tingkah biadap yang dilakukan militer Myanmar dibawah pimpinan Aung San Suu Kyi, dan berusaha mencari solusi terbaik atas konflik tersebut.

Presiden Turki (Recep Tayyip Erdogan) mendesak PBB untuk memberikan tekanan pada pemerintah Myanmar atas kekerasan di negara bagian Rakhine yang dihuni etnis Rohingya. Ia juga mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan upaya untuk membantu minoritas Muslim Rohingya di Myanmar.

Sementara Kofi Annan selaku Mantan Sekretaris Jenderal PBB menghubungi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terkait kekerasan yang terjadi terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar dan berharap Indonesia dapat berkontribusi mengakhiri kekerasan disana.

Di dalam negeri berbagai lembaga dan pemangku kepentingan bahkan individu sigap menyuarakan dukungannya terhadap etnis Rohingnya yang terbuang dan paling teraniaya sebagaimana label yang disematkan PBB tahun 2013 lalu degan beragam cara. DPR RI dalam Sidang Paripurna-nya, Kamis (31/8/2017) juga menyampaikan sikap terkait Tragedi Rohingnya untuk membentuk Parlemen Asean yang berdasar salah satunya pada UUD 1945 "Penjajahan diatas dunia harus dihapuskan", serta mendo'akannya dan mendonasikan bantuan kepada mereka.



Tak ketinggalan, Gubernur DKI jakarta terpilih (Anies Baswedan) merespon aksi biadap yang dilakukan junta Militer Myanmar tidak dapat didiamkan dan dibiarkan. Apalagi saat Myanmar sedang dikuasai oleh partai yang dipimpin oleh seorang peraih Nobel Perdamaian, yaitu Aung San Suu Kyi.

Kita menuntut pemerintah Myanmar untuk menghentikan perlakuan biadab dan diskriminatif terhadap umat Islam Rohingya. Kita juga menuntut kepada Komite Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia, untuk mempertimbangkan kembali dan mencabut hadiah Nobel yang diberikan pada Aung San Suu Kyi. Mari kita doakan dan bantu kaum Rohingya, serta pastikan kejadian ini tak berlanjut dan tak berulang.

Kebiadaban pada umat Islam Rohingya tak boleh didiamkan. Hentikan pembersihan etnik, cabut Nobel Aung San Suu Kyi!, pungkas Anies dalam video berdurasi 1,20 menit.



Sebagai bangsa yang beradap dan menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup, selayaknya bagi kita untuk ikut andil dalam upaya menjaga perdamaian dunia. Apalagi seorang muslim dimana etnis Rohingnya yang kini sedang tertimpa musibah adalah saudara seiman, dimana kita dengan mereka seperti satu tubuh.

Dari an-Nu’man bin Basyir dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”. Hadits Shahîh Riwayat al-Bukhâri (no. 6011), Muslim (no. 2586) dan Ahmad (IV/270).

Dari hadits diatas menunjukkan, bahwa orang mukmin terganggu dengan apa saja yang mengganggu saudaranya yang mukmin dan sedih oleh apa saja yang membuat saudaranya sedih.
.
-----

Artikel oleh : Abu Bilal, 10 Dzulhijjah 1438 H / 1 September 2017, Sepertiga malam kedua diiringi kumandang Takbir Kemenangan Idul Adha yang bersautan dari Masjid dan Musholla.
Mari bersilaturahmi lewat Twitter @ABUBILAL_com atau Facebook Mas Ivan

0 komentar:

Gunakan format [video]youtube-or-vimeo-video-link[/video] jika ingin berkomentar disertai youtube video.
Atau silakan gunakan format [img]image-link[/img] jika ingin berkomentar disertai gambar.