MUHASABAH DARI BUDAK DUNIA DAN FITNAH HARTA

Tidak ada satupun manusia yang bersedia untuk disebut budak dunia. Tidak ada satupun diantara kita yang merasa bangga untuk disebut pecinta harta pun nyatanya demikian lantaran fakta.

Ya, hal ini menjadi sebuah kesepakatan bagi kita bahwasanya status budak dunia dan pecinta harta adalah label yang buruk bagi manusia, brand yang tak ingin sama sekali disandang setiap kita. Sehingga dengannya kita kerap kali mengupayakan pembelaan diri tatkala ada yang menyematkan label tersebut, namun apalah daya seorang pecinta harta, seorang budak dunia.


© Image Credit : www.freezewall.com

Akankah hal tersebut salah ? tentu saja tidak. Ketika kita merenungkan beberapa ciri karakter para pecinta harta (budak dunia), mungkin saja hal tersebut ada dalam diri kita. Mungkin ada pada saya, atau mungkin juga Anda.

Kita senantiasa berpikir, bagaimana caranya supaya harta kita bertambah. Kita merasa bahagia ketika cita-cita dunia mampu diraih, dan pundi-pundi tabungan pun membumbung, wal hasil gaya hidup terpenuhi tanpa perlu keluar gengsi dan naik tensi.

Kita merasa sangat ambisi mengejar karier kita. Kita merasa tertantang ketika ada teman atau tetangga dan kerabat yang sukses secara materi. Kita selalu membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang kaya, atau lebih kaya daripada lainnya.

Kita merasa tertekan manakala kita gagal meraih apa yang kita inginkan. Kita merasa sangat sedih dan menyesal ketika ada salah satu harta kita yang hilang atau berkurang.

Kita merencanakan kehidupan sehinga terlalu jauh kedepan. Kita lebih pusing memikirkan pekerjaan daripada memikirkan tumpukan dosa yang terus saja bertambah. Kita acapkali tak bersalah tatkala melakukan dosa kecil, bahkan kita ingin anak kita sukses dalam sisi materi dan dunia, dan mampu menjadi sumber penghasilan bagi kita di usia tua.

Kita seringkali menilai orang lain berdasarkan status sosial dan dunianya. Dalam masalah ibadah...kita justru tak siap-siap ketika waktu shalat akan tiba. Kita melewati hari ini tanpa membuka selembar-pun Al-Qur'an, karena kita terlalu sibuk. Kajian-kajian islam hanyalah pengisi waktu luang disela waktu luang karier kita. Kita selalu ingin menjadi pusat perhatian banyak orang.

Kita sangat perhatian dengan omongan orang lain tentang diri kita. Kita terlalu sibuk memikirkan bagaimana memiliki tubuh yang ideal. Kita lebih khusuk ketika meminta dunia, daripada berdoa meminta surga-Nya. Kita jejali setiap doa yang ada untuk meminta kesejahteraan dunia daripada kesejahteraan akhirat. Kita melalui hari-hari yang ada tanpa sedikitpun memikirkan kematian. Karena dunia memang ujian bagi kita. Hamba Allohu Ta'ala, umat Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wasallam.

Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda :
"Setiap umat memiliki ujian, dan ujian bagi umatku adalah harta."
(HR. at-Timidzi dalam sunannya kitab Az-Zuhd).
"

Sebuah hal yang terang dan nyata, tak dapat kita pungkiri lagi saat ini bahwasanya harta adalah fitnah (cobaan) yang Allohu Ta'ala berikan kepada hamba-Nya sebagaimana firman-Nya,

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
(Qs. Al-Anfaal [8] : 28)"
Disusun oleh Ivan Purnawan selepas shalat Isya’ 25 Syawwal 1436 H
Mari bersilaturahmi lewat Twitter @TweetMase - atau Facebook Mas Ivan
Artikel : masivan.blogdetik.com
Image Copyright by : www.saintpetersblog.com
- See more at: http://new.masivan.blogdetik.com/2015/08/11/ngomong-apa-sih#sthash.gVb8UM8N.dpuf

Karenanya cukuplah firman Alloh di SuratAl Hadid ayat : 20 ini menjadi nasihat dan wejangan bagi kita untuk bebenah diri, mempersiapkan amal-amal shalih yang dapat menghantarkan pelakunya ke jannah-Nya yang mengalir dibawahnya sungai-sungai.


“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid : 20)

Wallohu Ta'ala a'lam...

-----

Ditulis dan disarikan oleh Abu Bilal, 11 Dulqo'dah 1437 H / 14 Agustus 2016 M
Referensi : Faedah kajian singkat Ust. Ammi Nur Baits 
buletin Maqwa
Mari bersilaturahmi lewat Twitter @ABUBILAL_com atau Facebook Mas Ivan

Artikel Lewat : masivan.blogdetik.com
-----


0 komentar:

Gunakan format [video]youtube-or-vimeo-video-link[/video] jika ingin berkomentar disertai youtube video.
Atau silakan gunakan format [img]image-link[/img] jika ingin berkomentar disertai gambar.